Hari ini ada yang buat saya dongkol. Apa itu ??? Hari Jum'at yang siangnya diselingi oleh acara kampanye partai-partai politik. Saya tau hari Jum'at itu adalah hari baik yang lebih baik daripada hari lainnya di satu minggu. Tapi,,, mereka telah mengganggu aktifitas dari sekian banyak masyarakat yang hari ini bekerja. Salah satunya yah saya.
Apa pasal ??? Begini tho'. Seperti biasa, jika dapat shift siang di hari Jum'at maka saya sholat Jum'at di masjid dekat rumah. Baru sehabis itu berangkat ke kantor. Perjalanan ke kantor pun tidak bisa dibilang sebentar. Mengapa ???
Jawabannya :
Pertama. Rumah tempat tinggal saya ada di wilayah Jakarta Timur. Sementara kantor saya ada di wilayah Jakarta Barat. Itu pun harus melalui Jakarta Pusat terlebih dahulu.
Kedua. Berangkat dari rumah haruslah menggunakan angkutan umum dan tiga kali naik turun angkot. Secara, saya adalah salah seorang rakyat kebanyakan yang masih mengidolakan bus kota dan angkot lainnya sebagai sarana transportasi.
Selesai sholat Jum'at, dengar-dengar berita di televisi bahwa siang hari ini (Jum'at 23 Rabi'ul Awwal 1430 H / 20 Maret 2009 M) akan diadakan kampanye partai politik di DKI Jakarta. Nah lho,,, hari ini shift siang pula. Segera berkemas, siap-siap berangkat. Semoga tidak ada halangan.
Dari rumah ke arah Jatinegara tidak ada masalah. Yang menjadi masalah adalah supirnya bawa angkotnya rada lama. Maklum habis sholat Jum'at penumpang mulai rame atau tidak sama sekali. Nah, di Jatinegara itu baru terasa.
Hampir setengah jam nunggu bus yang ke arah Senen kok lama banget tak muncul juga. Tadi di berita yang saya dengar, memang ada salah satu parpol yang akan kampanye siang ini di DKI yang mengerahkan massa ke satu titik dan dalam pengerahan massa itu mereka menyewa bus kota umum yang semestinya siang itu akan menarik penumpang, termasuk saya.
Mata terfokus di titik dimana bus biasa muncul. Diantara 3 bus yang biasa lewat, kok belum juga satupun yang lewat siang itu. Padahal sudah hampir telat. Dongkol level 1 mode ON. Padahal biasanya hanya lima belas menit waktu yang dibutuhkan untuk menanti kedatangan bus. Frekuensi datangnya bus itu pun semakin merenggang satu sama lain yang biasanya cukup rapat yang sebanding dengan jumlah penumpang yang akan diangkut.
Berikut beritanya :
Terimakasih untuk tvOne
Sudah setengah jam kemudian baru ada yang muncul. Alhamdulillah dapat yang AC, secara siang tadi panas terik. Begitulah perjalanan sampai Senen, lumayan lancar. Menjelang Senen barulah kemacetan panjang terjadi. Dongkol level 2 mode ON. Sudah gitu, massa yang memakai bus kota untuk ke tempat kampanye parkir busnya di pinggir jalan sambil membawa atribut yang menambah semaraknya sampah di kota ini.
Alhamulillah, setelah berjalan sedikit ke Senen, status kembali menunggu bus untuk jilid dua. Sama saja. Hampir dua puluh lima menit lebih ku tunggu bus yang ke arah Tangerang tiba. Dongkol level 3 mode ON.
Ditambah pusingku lagi dengan konvoi para simpatisan dari salah satu parpol yang menaiki bus umum salah satunya Metro Mini. Dongkol level 4 mode ON. Di ujung sana akhirnya kulihat sesosok bus kota yang tampak menyenangkan hati. Akhirnya naik pula lah aku.
Perjalanan masih ada sepertiga jalan. Mencoba bersabar di dalam bus kota dan ada saja para simpatisan lagi yang lewat dan menambah kepusingan. Dongkol level 5 mode ON. Daripada memikirkan mereka yang tidak peduli pada dirinya sendiri bahan orang lain lebih baik melihat jauh ke depan kaca bus sambil diiringi para seniman jalanan ibukota yang menghibur mencoba untuk bertahan hidup demi sesuap nasi di ibukota yang lebih kejam daripada ibu tiri ini.
Yup. Sampailah saya di gerbang tol. Sudah pastilah telat. Berjalan tak usah berlari pikirku, toh sudah telat juga. Ketika absen, ternyata telat 35 menit. Dongkol level 6 mode ON. Sial.
Yang tidak ku habis pikir :
1. Mereka yang hari ini berkampanye adalah parpol besar. Mengapa mencari bus yang dipakai untuk masyarakat umum beraktifitas ?. Mengapa bukan bus yang biasa memang diperuntukkan pada pemakaian acara dan perjalanan tertentu ?. Apakah mereka sudah kehabisan modal kampanye ?
2. Tetap saja mereka berkampanye namun masyarakat umum yang jadi korban. Mengapa kampanye tidak melalui kumpulan-kumpulan parpol sendiri dan di lingkungannya. Bukankah kalian sudah ada para kader ?. Sampai mereka beramai-ramai turun ke jalan dan konvoi sehingga memacetkan jalanan ibukota yang macet semakin bertambah macet. Dimana budi pekerti kalian untuk saling menghargai. Bilangnya untuk semua.
Menurut saya :
"Kampanye, Kepentingan Golongan di atas Kepentingan Umum."
Maaf bila ada yang tidak setuju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar