Memberantas Rasa Malas
29 Feb 2012 | Rubrik: motivasi - Dibaca: 101 kali
Hati-hati
Sobat Nida, rasa malas adalah sejenis penyakit mental. Siapa pun yang
dihinggapi rasa malas akan kacau kinerjanya dan ini jelas-jelas sangat
merugikan. Rasa malas sesungguhnya menggambarkan hilangnya motivasi
seseorang untuk melakukan pekerjaan, pengaruh malas ini cukup besar
terhadap menurunnya produktivitas.
Misalnya, di usia 30 tahun harusnya
seorang yang berpotensi menjadi penulis bisa menghasilkan ratusan cerpen
dan puluhan buku, tapi karena dia malas menulis, juga selalu
menunda-nunda “Besok aja deh!” akhirnya selama bertahun-tahun ia hanya
dapat merampungkan 5 naskah, itu pun sudah girang sekali.
Menurut (Edy Zaqeus: 2008) Malas
diartikan sebagai keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu yang
seharusnya atau sebaiknya dia lakukan. Masuk dalam keluarga besar rasa
malas adalah menolak tugas, tidak disiplin, tidak tekun, rasa sungkan,
suka menunda sesuatu, mengalihkan diri dari kewajiban, dll.
Karena malas, seseorang seringkali
tidak produktif bahkan mengalami stag. Badan terasa lesu, semangat dan
gairah menurun, ide pun tak mengalir. Akibatnya tidak ada kekuatan
apapun yang membuat kita bisa bekerja. Kalau dibiarkan saja, penyakit
malas ini akan semakin “kronis”.
Baca ini, Ndar!!!
Tips Memberantas Rasa Malas
1. Ganti “Kapan Selesainya?” dengan “Saya Mulai Sekarang!”
Apabila kita dihadapkan pada satu tugas
besar atau proyek, sebaiknya JANGAN berpikir mengenai rumitnya tugas
tersebut dan membayangkan kapan bisa diselesaikan. Sebaliknya, fokuslah
pada pikiran positif dengan membagi tugas besar tersebut menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil dan menyelesaikannya satu demi satu.
Katakan setiap kali kita bekerja: “Saya
mulai sekarang”. Cara pandang ini akan menghindarkan diri dari perasaan
terbebani, stress, dan kesulitan.
2. Ganti “Saya Harus” dengan “Saya Ingin”
Berpikir bahwa kita harus mengerjakan
sesuatu secara otomatis akan mengundang perasaan terbebani dan kita
menjadi malas mengerjakannya. Kita akan mencari seribu alasan untuk
menghindari tugas tersebut. Satu tip yang bisa kita gunakan adalah
mengganti “saya harus mengerjakannya” dengan “saya ingin
mengerjakannya”.
Cara pikir seperti ini akan
menghilangkan mental blok dengan menerima bahwa kita tidak harus
melakukan pekerjaan yang kita tidak mau. Kita mau mengerjakan tugas
karena memang kita ingin mengerjakannya, bukan karena paksaan pihak
lain. Kita selalu punya pilihan dalam kehidupan ini. Tentunya pilihan
sebaiknya dibuat dengan sadar dan tidak merugikan orang lain. Intinya
adalah tidak ada seorang pun di dunia ini yang memaksa kita untuk
melakukan sesuatu, melainkan karena kita menginginkannya.
3. Kita Bukan Manusia Sempurna
Berpikir bahwa kita harus menyelesaikan
pekerjaan sesempurna mungkin akan membawa kita dalam kondisi mental
tertekan. Akibatnya kita mungkin akan malas memulainya.kitaharus bisa
menerima bahwa kita pun bisa berbuat salah dan tidak semua harus
sempurna.
Berpikir bahwa pekerjaan harus
diselesaikan secara sempurna akan membuat kita memandang pekerjaan
tersebut dari hal yang besar dan rumit.
4. Mulailah Membuat Tujuan Tertulis
Orang yang malas biasanya tidak
memiliki motivasi untuk berkembang ke arah kehidupan yang lebih baik.
Sementara orang yang tidak memiliki motivasi biasanya tidak memiliki
tujuan-tujuan hidup yang pantas dan layak untuk diraih. Dan orang yang
tidak memiliki tujuan-tujuan hidup, biasanya sangat jarang bahkan
mungkin tidak pernah menuliskan resolusi atau komitmen-komitmen
pencapaian hidup. Di sinilah pangkal persoalannya.
Tanpa tujuan, resolusi, atau
komitmen-komitmen pencapaian hidup, maka seseorang hanya bergerak secara
naluriah dan sangat rentan diombang-ambingkan situasi di sekelilingnya.
Posisi seperti ini membuatnya menjadi pasif, menunggu, tergantung pada
situasi, dan cenderung menyerah pada nasib. Dalam keadaan seperti ini,
tidak akan ada motivasi untuk meraih atau mencapai sesuatu. Tidak adanya
sumber-sumber motivasi hidup menyebabkan kemalasan.
Supaya motivasi muncul, seseorang harus
berani memutuskan tujuan- tujuan hidupnya. Menurut Andrias Harefa dalam
bukunya Agenda Refleksi dan Tindakan Untuk Hidup Yang Lebih Baik (GPU,
2004), dia harus membuat komitmen atas apa saja yang ingin diselesaikan,
dicapai, dimiliki, dilakukan, dan dinikmati (disingkat secamilanik).
Contoh komitmen; “Pada ulang tahun yang
ke …. saya sudah harus menyelesaikan buku yang saya tulis, meraih
promosi pekerjaan, mencapai gelar S-3, memiliki rumah dan mobil,
melakukan sejumlah kunjungan ke mancanegara, dan menikmati kebahagiaan
bersama keluarga.”
5. Mengasah Kemampuan dengan
Pembelajaran Orang yang memiliki tujuan-tujuan hidup yang pasti,
membuat resolusi dan komitmen-komitmen pencapaian biasanya memiliki
motivasi tinggi. Tetapi tujuan yang samar-samar jelas tidak memberikan
dampak motivasional yang signifikan. Nah, akan lebih baik lagi jika
tujuan- tujuan dilengkapi dengan aktivitas-aktivitas pembelajaran,
seperti mencari cara-cara yang efisien dan efektif untuk mencapai
tujuan- tujuan tersebut.
Kita juga perlu sekali mengasah
kemampuan atau ketrampilan-ketrampilan supaya langkah-langkah yang
diambil itu akan membawa kita pada pencapaian tujuan secara efektif dan
efisien. Contoh: jika pada tahun yang sudah ditargetkan kita ingin
menjadi konsultan, maka sejak sekarang aktivitas-aktivitas kita sudah
harus difokuskan ke arah tujuan tersebut.
Kita harus terus mengasah kemampuan
mendiagnosa masalah, menemukan penyebab, menganalisis, mengkomunikasikan
gagasan, menawarkan solusi, dan memperbaiki kemampuan presentasi. Jika
aktivitas-aktivitas pembelajaran itu dilakukan secara konsisten dan
dengan komitmen sepenuhnya, maka kita telah berada di jalur yang benar.
Aktivitas-aktivitas pembelajaran akan menempatkan kita pada posisi dan
lingkungan yang dinamis. Kemampuan kita dalam menghadapi dan
menyelesaikan masalah juga akan meningkat.
Dengan sendirinya ini akan semakin
memperkuat rasa percaya diri kita, menebalkan komitmen pencapaian
tujuan, dan tentu saja menumbuhkan semangat. Sebaliknya, jika kita sama
sekali menolak aktivitas-aktivitas pembelajaran, komitmen akan semakin
melemah, semangat turun, dan kemalasan akan datang dengan cepat. Pada
titik ini, tujuan-tujuan, resolusi atau komitmen yang sudah kita buat
sudah tidak memiliki arti lagi. Sayang sekali.
6. Gabung dengan Pergaulan Dinamis
Para pemenang berkumpul dengan sesama
pemenang, sementara para pecundang cenderung berkumpul dengan sesama
pecundang. Ungkapan tersebut mengandung kebenaran. Sulit sekali bagi
seorang pemalas untuk hidup di lingkungan para pemenang. Sulit bagi
orang malas untuk berada secara nyaman di tengah-tengah orang yang
sangat optimis, sibuk, giat bekerja, dan bersemangat mengejar prestasi.
Demikian sebaliknya.
Sulit sekali bagi para high achiever
untuk betah berlama- lama dengan para orang malas dan pesimistik.
Situasi atau lingkungan di mana kita berada sungguh ada pengaruhnya.
Orang yang mulai dihinggapi rasa malas sangat dianjurkan agar menjauhi
mereka yang juga mulai diserang kebosanan, putus asa, rasa enggan,
apalagi negative thinking. Sepintas, berkeluh kesah dengan mereka dengan
orang-orang seperti itu dapat melegakan hati.
Ada semacam rasa pelepasan dari belenggu
psikologis. Walau demikian, dalam situasimalas sedang menyerang,
mendekati orang-orang yang sedang down sama sekali tidak menolong satu
sama lain. Rasa malas dan kebuntuan justru bisa tambah menjadi-jadi. Ini
bisa menjerumuskan masing-masing pihak pada pesimisme, keputusasaan,
dan kemalasan total.
Jika rasa malas mulai menyerbu kita,
jangan berlama-lama duduk berdiam diri. Cara paling ampuh menghilangkan
kemalasan adalah bangkit berdiri dan menghampiri orang-orang yang sedang
tekun dan bersemangat melakukan sesuatu. Dekati mereka yang sedang
bekerja keras untuk meraih impian-impiannya.
Manusia-manusia optimis, self-
motivated, punya ambisi, positive thinking, dan memiliki tujuan hidup
pasti, umumnya memancarkan aura positif kepada apa pun dan siapa pun di
sekelilingnya. Pancaran optimisme dan semangat itulah yang bisa
menginspirasi orang lain, bahkan menularkan semangat yang sama sehingga
orang lain jadi ikut tergerak.
7. Disiplin Diri
Ada sebuah ungkapan yang sangat dalam
maknanya dari Andrie Wongso, Motivator No.1 Indonesia, yang bunyinya;
“Jika kita lunak di dalam, maka dunia luar akan keras kepada kita. Tapi
jika kita keras di dalam, maka dunia luar akan lunak kepada kita”.
Kata-kata mutiara yang luar biasa ini
menegaskan, bahwa jika kita mau bersikap keras pada diri sendiri, dalam
arti menempa rasa disiplin dalam berbagai hal, maka banyak hal akan bisa
kita kerjakan dengan baik. Sikap keras pada diri sendiri atau disiplin
itulah yang umumnya membawa kesuksesan bagi karir para olahragawan dan
pekerja profesional yang memang menuntut sikap disiplin dalam banyak
hal.
Bayangkan, bagaimana seorang atlet bisa
menjadi juara jika dia tidak disiplin berlatih? Bagaimana mungkin ada
pekerja profesional yang bagus karirnya jika dia sering mangkir atau
bolos kerja? Sebaliknya, jika kita terlalu lunak atau memanjakan diri
sendiri, memelihara kemalasan, mentolerir kinerja buruk, tidak merasa
bersalah jika lalai atau gagal dalam tugas, maka dunia luar akan sangat
tidak bersahabat.
Olahragawan yang manja pasti tidak akan
pernah jadi juara. Seorang sales yang malas tidak akan pernah besar
penjualannya. Seorang konsultan yang menolerir kinerja buruk pasti
ditinggalkan kliennya. Dan pekerja yang tidak disiplin pasti mudah jadi
sasaran PHK. Jika kita lunak pada diri sendiri, maka dunia akan keras
pada kita.
Sumber: ANOL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar