Renungan yang satu ini bisa membuat Sahabat Nabi SAW Mu’adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu menangis. Lantas, bagaimana dengan kita?
Bismillahirrahmaanirrahiim..
Saudaraku, mari kta memahami nasihat Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam berikut ini. Sebuah cerita yang disampaikan Rasulullah SAW pada sahabatnya Mu’adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu. Tentang amal manusia yang di hisab pada Hari Perhitungan.
Nasihat Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam ini dikisahkan oleh Ibnu Mubarak dan Khalid bin Ma’dan. Mereka meminta Mu’adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu. Untuk menceritakan sebuah hadits Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam yang dianggap paling penting olehnya. Lalu Mu’adz menyampaikan kisah berikut.
Pada suatu hari aku menghadap Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam. Saat itu beliau sedang menunggangi untanya. Beliau menyuruhku naik unta bersamanya, lalu aku duduk dibelakangnya. Kemudian aku melihat Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam menengadah ke langit dan berkata, “Segala rasa syukur hanyalah dipersembahkan kepada Allah yang telah menciptakan segala sesuatu atas hamba-Nya. Dia adalah Tuhan yang menciptakan tujuh malaikat sebelum langit dan bumi. Disetiap langit terdapat satu malaikat yang menjaga pintunya. Kadar keagungan malaikat itu disesuaikan dengan tingkatan langitnya.
Suatu ketika Malaikat Hafadzah datang mebawa amal hamba yang memancarkan cahaya dan bersinar bagaikan matahari. Akhirnya, amal tersebut samapi di langit pertama. Kemudian Malaikat Hafadzah memperbanyak amal tersebut dan mensucikannya.
Namun tatkala sampai di pintu langit pertama, tiba-tiba malaikat penjaga pintu langit pertama berkata, “Tamparlah wajah pemilik amal dengan amalnya! Aku adalah pemilik ghibah. Rabb pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk mencegah amal setiap hamba yang telah berbuat ghibah melewati pintu langit pertama.
Keesokan harinya, Malaikat Hafadzah naik ke langit dengan membawa amal shalih seorang hamba. Amal tersebut bercahaya terang, dan cahayanya itu mampu menembus langit kedua. Tetapi, malaikat penjaga langit kedua berkata, “Tamparlah wajah pemilik amal dengan amalnya! Sesungguhnya ia beramal karena menginginkan penampilan duniawi belaka. Rabb pemeliharaku memerintahkan kepadaku agar tidak membiarkan amal tersebut melewati langit kedua. Akhirnya para malaikat pun melaknati hamba itu hingga petang.
Malaikat Hafadzah lainnya naik hingga ke langit dengan amal yang tampak indah, dimana didalamnya terdapat sadaqah, puasa, dan perbuatan baiknya yang melimpah. Kemudian malaikat Hafadzah memperbanyak amal tersebut dan mensucikannya hingga dapat menembus langit pertama dan kedua.
Namun, ketika sampai di pintu langit ketiga, tiba-tiba malaikat penjaga pintu langit itu berkata, “Tamparlah wajah pemilik amal ini dengan amalnya! Aku adalah penjaga al-kibr (sifat takabur). Tuhan pemeliharaku memintaku supaya tidak membiarkan amalnya melewatiku. Sebab, selama ini ia selalu takabur dihadapan manusia saat berkumpul dalam suatu majelis.
Malaikat Hafadzah lainnya naik ke langit demi langit dengan membawa amal hamba yang tampak berkilauan bagai bintang. Suaranya terdengar menggema karena ia senantiasa melaksanakan ibadah puasa, shalat, haji, dan umrah. Malaikat tersebut berhasil menembus hingga langit ketiga.
Ketika tiba dilangit keempat, malaikat penjaga pintu langit keempat berkata, “Berhenti! Tamparlah wajah pemilik amal ini dengan amalnya! Aku adalah malaikat penjaga sifat ‘ujub (takjub pada kondisi diri sendiri). Rabb pemeliharaku memerintahkan kepadaku agar tidak membolehkan amalnya melewatiku hingga menembus langit berikutnya. Sebab ia selalu memasukkan unsure ‘ujub di dalam jiwanya ketika melakukan suatu perbuatan.
Malaikat Hafadzah lainnya naik ke langit dengan membawa amal hamba yang diiringi laksana iringan pengantin wanita menuju tempat suaminya. Amal itu dapat menembus langit kelima karena diperkaya dengan jihad, haji, dan umrah. Tetapi, sesampainya di pintu langit kelima, malaikat penjaga pintu berkata, “Saya adalah pemilik sifat hasad (dengki). Ia telah berbuat dengki kepada manusia ketika diberi karunia oleh Allah. Selain itu, ia tidak ridha’ menerima ketetapan Allah. Tuhan pemeliharaku memintaku supaya tidak membiarkan amal tersebut melewatiku menuju langit selanjutnya.
Malikat Hafadzah lainnya naik ke langit dengan amal hamba berupa wudhu yang sempurna, shalat, puasa, haji, dan umrah, hingga sampailah ia pada langit yang keenam. Namun malaikat penjaga pintu berkata, “ Tamparlah wajah pemilik amal dengan amalnya! Sungguh, ia tidak memiliki sifat kasih sayang terhadap manusia. Ia justru senang bila melihat orang lain tertimpa musibah. Rabb pemeliharaku memerintahkanku agar tidak membolehkan amalnya melewatiku menuju langit berikutnya.
Naiklah malaikat Hafadzah lainnya ke langit dengan membawa amal hamba berupa nafkah berlimpah, puasa, shalat, jihad, dan sifat wara’ (berhati-hati dalam beramal). Amal tersebut bergemuruh bagaikan guntur dan bersinar laksana kilatan petir. Tetapi, ketika sampai dilangit ke tujuh, malaikat penjaga langit berkata, “Saya adalah pemilik sebutan (adz-dzikru) atau sum’ah (mencintai kemasyuran) diantara manusia. Sesungguhnya pemilik amal ini berbuat sesuatu karena ingin dipuji oleh manusia. Ia juga senantiasa berbuat riya’. Tuhan pemeliharaku memintaku supaya tidak membiarkan amalnya menembus pintu langit ini menuju langit selanjutnya.
Malaikat Hafadzah yang lain naik ke langit dengan membawa amal seorang hamba berupa shalat, zakat, puasa, haji, umrah, akhlak yang baik, berdiam diri, dan berdzikir kepada Allah. Saat itu, seluruh malaikat di tujuh langit tersebut beriringan menyertainya hingga terputuslah semua hijab dalan perjalanan menuju Allah Subhanahu wa ta'ala. Akhirnya, mereka berhenti dihadapan-Nya.
Para malaikat menilai bahwa amal hamba itu merupakan amal shalih yang diikhlaskannya hanya untuk Allah. Ternyata Allah berkata, “Kalian adalah Malaikat Hafadzah yang menjaga amal hamba-Ku, sedangkan Aku sebagai pengawas yang mampu mengamati segala sesuatu hingga yang ada dalam hati. Sesungguhnya, ia tidak menginginkan Aku. Aku Maha Mengetahui terhadap apa yang ia inginkan dari amalnya tersebut. Laknat-Ku baginya yang telah menipu makhluk lainnya, tapi Aku sama sekali tidak tertipu olehnya”.
Mendengar cerita Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam itu aku (Mu’adz) menangis. Selanjutnya aku bertanya, “Bagaimana caranya agar aku selamat dari hal itu ya Rasulullah?”. Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Cegahlah lidahmu dari ghibah dan fitnah terhadap manusia, serta hindarilah mengungkit kebaikanmu dihadapan orang lain. Semua ini mudah bagimu bila kamu mencintai orang lain sebagaimana mencintai dirimu sendiri”
Dari cerita dalam hadits diatas maka dapat disimpulkan ada beberapa perbuatan yang dapat merusak amal dan membuat amal tertolak dan hendaknya kita berlindung kepada Allah darinya:
1. Ghibah
2. Fitnah
3. Riya’
4. Senang atas penderitaan orang lain (tidak memiliki sifat kasih sayang diantara manusia)
5. Hasad (Dengki)
6. ‘Ujub (Takjub pada kondisi diri sendiri)
7. Takabur
8. Tidak ikhlas dalam beramal
Semoga kita terhindar dari sifat-sifat yang disebutkan diatas, dan kita berlindung kepada Allah dari sifat-sifat tercela itu. Aamiin..
Sumber: Cinta Nabi Muhammad SAW.
Harapku, janganlah Engkau bekukan hati ini, janganlah Engkau matikan hati ini, biarkan hati ini tersentil dengan cerita ini, duhai Rabb Pemilik Alam Semesta Raya.
Wassalamu'alaikum...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar