Akhirnya ku bermalam di kantor setelah sekian lama bekerja dan telah diatur shift kerja meskipun harusnya jadwal shift malam ku masih dua minggu lagi. Penyebabnya adalah pada saat ku mau pulang dari kantor jam 9 tiba-tiba ada gangguan dari tim lapangan yang mengejar target. Akhirnya, sampailah waktu menunjukkan jam 9 lebih dan tiba di pukul 10 malam.
Oleh karena sudah agak larut dan ku malas turun untuk pulang, ku putuskan untuk menemani rekan ku yang kebagian shift malam. Yah, hitung-hitung belajar satu masalah lagi. Permasalahan terus berlanjut hingga pukul 11 malam.
Setelah masalah bisa diselesaikan, ku tak bisa tidur padahal terasa kantuk. Akhirnya, ku paksakan diri untuk istirahat sejenak. Ku tarik dua buah kursi dan dengan seenaknya posisi ku tidur. Saat terbangun yah kepala rada pusing gitu. Bangun hampir jam tengah 6 pagi dan secepatnya sholat shubuh karena sang mentari telah menampakan sinarnya.
Jam 7 tiba. Niat ku untuk pulang menjadi sebuah dilematis. Mengapa ? Yah, karena siang ini juga jadwal shift ku hari ini. Jadi, kalau seandainya pulang, sampai rumah mandi makan tidur bangun lalu berangkat lagi, suatu pembuangan tenaga. Kalau tidak pulang, yah sarapan di kantor tidur dan bangun lagi nanti siang untuk jadwal shift siang.
Pilihan kedua itu akhirnya ku pilih. Setelah beli sarapan ke jalan, naik ke kantor lagi. Hari ini hari ahad dimana kebanyakan pegawai libur jadi lift sengaja dimatikan untuk efisien listrik. Lelah terasa saat naik ketimbang turun. Sehabis sarapan lalu mengistirahatkan diri di sofa pantry yang empuk. Terbangun tepat setengah satu siang. Ku sholat Dzuhur lalu siap-siap tangani masalah kembali.
Berarti ku 24 jam lebih tak pulang. Badan sudah terasa tak sedap aromanya. Ingin ku segera pulang dan bertemu dengan kelaurga ku. Inti dari yang ku simpan adalah "sesibuk-sibuknya bekerja haruslah ingat akan keluarga di rumah". Memang ada kalanya kita yang bekerja tidak cemas akan keadaan keluarga kita di rumah. Namun, sebaliknya keluarga di rumah setidaknya mengkhawatirkan kita. Ambil yang baik dari ku dan buang yang buruk dari ku.
Oleh karena sudah agak larut dan ku malas turun untuk pulang, ku putuskan untuk menemani rekan ku yang kebagian shift malam. Yah, hitung-hitung belajar satu masalah lagi. Permasalahan terus berlanjut hingga pukul 11 malam.
Setelah masalah bisa diselesaikan, ku tak bisa tidur padahal terasa kantuk. Akhirnya, ku paksakan diri untuk istirahat sejenak. Ku tarik dua buah kursi dan dengan seenaknya posisi ku tidur. Saat terbangun yah kepala rada pusing gitu. Bangun hampir jam tengah 6 pagi dan secepatnya sholat shubuh karena sang mentari telah menampakan sinarnya.
Jam 7 tiba. Niat ku untuk pulang menjadi sebuah dilematis. Mengapa ? Yah, karena siang ini juga jadwal shift ku hari ini. Jadi, kalau seandainya pulang, sampai rumah mandi makan tidur bangun lalu berangkat lagi, suatu pembuangan tenaga. Kalau tidak pulang, yah sarapan di kantor tidur dan bangun lagi nanti siang untuk jadwal shift siang.
Pilihan kedua itu akhirnya ku pilih. Setelah beli sarapan ke jalan, naik ke kantor lagi. Hari ini hari ahad dimana kebanyakan pegawai libur jadi lift sengaja dimatikan untuk efisien listrik. Lelah terasa saat naik ketimbang turun. Sehabis sarapan lalu mengistirahatkan diri di sofa pantry yang empuk. Terbangun tepat setengah satu siang. Ku sholat Dzuhur lalu siap-siap tangani masalah kembali.
Berarti ku 24 jam lebih tak pulang. Badan sudah terasa tak sedap aromanya. Ingin ku segera pulang dan bertemu dengan kelaurga ku. Inti dari yang ku simpan adalah "sesibuk-sibuknya bekerja haruslah ingat akan keluarga di rumah". Memang ada kalanya kita yang bekerja tidak cemas akan keadaan keluarga kita di rumah. Namun, sebaliknya keluarga di rumah setidaknya mengkhawatirkan kita. Ambil yang baik dari ku dan buang yang buruk dari ku.
erpa
2 Dzulhijjah 1429 H / 30 November 2008 M
2 Dzulhijjah 1429 H / 30 November 2008 M